Di sebuah pedesaan kecil dekat kota hiduplah sepasang sahabat yang sangat akrab. Mereka bernama Cika dan Risa. Cika adalah anak seorang lurah di desa itu. Ayahnya memiliki tanah dimana mana. Tetapi sebaliknya dengan Risa. Risa adalah anak seorang petani miskin yang tinggalnya hanya di sebuah gubuk yang jelek dan sempit. Meski begitu mereka tetap berteman tanpa malu – malu karena perbedaan harta. Karena mereka percaya harta itu hanya untuk di dunia. Tetapi, sesudah mati harta tak akan bisa menolongnya dari siksaan tuhan.
Tapi, orang tua mereka tidak beranggapan seperti itu. Ibu Cika yang kaya raya, melarang Cika untuk dekat – dekat apalagi bersahabat dengan orang miskin seperti Risa. Tetapi tidak Dengan ayahnya, lantaran beliau adalah lurah.Sedangkan dengan orang tua Risa yang miskin. Mereka terlalu merendah diri dan meminta agar Risa tidak berteman Dengan Cika. Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Cika dan Risa duduk mengobrol di rumah pohon dekat danau di belakang sekolah mereka.
“Kapan ya kita bisa bebas berteman Dengan siapa saja?” renung Cika.
“Hemm, yah itu adalah saat yang kun anti dari kita masih TK sampai sekarang kita sudah SMP. Huuuh?” keluh Risa juga.
“Eh, kamu pulang naik apa?” Tanya Cika
“Ya seperti biasa, kayak kamu gak tau aja..” Jawab Risa.
“Astaga, rumahmu yang jaraknya dua kilo dari sekolah, ka.. kamu cuma jalan kaki?” Jawab Cika kaget.
“ Ya iyalah, mau naik apa lagi? Kalo mau naik sepeda harus tunggu ayahku selesai panen dulu. Aku bisa tua disini” jelas Risa.
“Hahaha…, Kamu tuh bisa aja. Pinter deh kalo buat lelucon. Aku ajarin napa?” jawab Cika.
“Eh, emang kamu pikir apa’an minta diajarin kok ajarin lelucon? Ada – ada aja deh kamu itu” Tegur Risa.
“Yah, belum terima lowongan jadi guru ya..? makanya aku gak diajarin. Huuh!” Kata Cika mencoba melucu.
“Tuh, kamu bisa gitu..? leluconku kan garing. Kaya ikan asin” kata Risa
Tiba- tiba suara bel dari mobil jemputan Cika memutus pembicaraan mereka.
“Teeeen, Teeeeen..” Suara bel mobil jemputan Cika.
“Eh, sopirmu udah jemput tuh!” kata Risa.
“ Iya deh, duluan ya. Eh, kamu bareng yuk..! dari pada jalan kaki. Rumahmu kan jauh! Siang terik gini juga..?” ajak Cika
“Enggak deh, aku jalan kaki aja dari pada nanti kamu dimarahin lho. Udah sana, aku gak pa pa kok.” Tolak Risa.
“ Udah deh. Ayo ah..!” Paksa Cika sambil menarik baju Risa.
“Yaudah, yaudah. Oke aku akan ikut tapi, berhenti dirumah kamu aja ya..! dari pada kamu bolak – balik Cuma gara – gara aku. Nanti kamu dimarahin lagi..” kata Risa menyetujui.
“Enggak lah, aku kan niatnya nganterin, naggung kalo Cuma sampai rumahku. Kalau aku dimarahin yaudah aku jalan kaki bareng kamu aja setiap hari. Itung – itung olahraga. Hehe..” jawab Cika santai.
“Huuuh, kamu tuh dibilangin mbantah aja. Oke lah kalau gitu” jawab Risa pasrah
“Gitu kek, dari tadi. Kan enak gak usah debat panjang gini. Hahaha..” kata Cika
“Kek ,kek, emang aku kakekmu?” Risa mulai melucu.
Akhirnya mobil Cika mulai berangkat menuju rumah Risa yang sederhana. Dengan mobil BMW-nya yang melaju Dengan kecepatan 60 km/jam. Tak beberapa lama kemudian mobil mewahnya itu sampai di depan gang rumah Risa. Karena gangnya sempit dan mobil tidak bisa masuk.
“Oke, Makasih ya sobat. Maaf kalo ngerepotin” Risa mengucapkan terima kasih.
“Seeeep, No Problem” jawab Cika Dengan mengacungkan jempolnya.
Mereka pun melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan pada hari itu. Sesampainya di rumah Risa langsung mandi, ganti baju dan mengerjakan Pr yang diberikan oleh Miss.Tika, guru IPS di sekolahnya. Risa yang cerdas selalu bisa mengerjakan pr sesulit apapun tanpa mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Bukan karena tak mau, tetapi, karena tak bisa. Yah, lagi – lagi gara – gara uang. Tapi, untunglah Risa anak yang ceria dan pantang menyerah.
Motto Risa adalah “Apapun yang kita mau pasti bisa terwujud asalkan kita pantang menyerah, sabar, dan terus berusaha” itu yang menyebabkan ia selalu ceria sepanjang hari. Tak terasa 3 jam berlalu. Ia belajar selama 3 jam. Ia memang hobby membaca. Jadi, jika ia ada pr merangkum. Ia betah – betah saja.
Tapi, bagaimana Dengan Cika?. Sesampainya dirumah, sopirnya yang ember mengadukan perbuatan Cika kepada ibunya tentang perbuatan baik Cika tadi. Habis deh Cika. Dimarahin semaleman.
5 bulan kemudian, Risa dan dua orang temannya di tunjuk untuk mengikuti lomba cerdas tangkas dibalai desa. Cika, sahabatnya adalah supporter pendukung yang paling heboh. “Go Risa go Risa go, Ayo kamu pasti bisa…, Semangat” dukung Cika. Dengan semangat Risa membawa nama sekolahnya menuju kemenangan. Setiap soal yang diberikan dewan juri telah ia sambar. Dengan perolehan final SMPnya menang 100-20.
Waktunya penyerahan piala. “Bagi wakil dari SMP Jingga 2, silahkan maju ke depan” kata juri. Risa dan kedua temannya maju dengan bangga. Risa mewakili kedua temannya untuk berjabat tangan Dengan pak lurah setempat, yaitu ayah Cika. Dengan pelan pak lurah berbicara sambil menyerahkan sebuah amplop tebal “Selamat ya, Saya tahu anda memang pantas menerima ini”.
“Apa yang anda berikan pak?” Tanya Risa.
“Anggap saja ini tanda terima kasih saya kepada anda karena telah menemani Cika anak saya” Jelasnya.
Dalam benak Cika masih bingung. Apa yang Pak lurah berikan kepadanya?. Apa maksudnya ini? Mengapa amplop ini diberikan padanya?. Sesudah acara Risa berlari menuju Cika dan meminta penjelasan. Akhirnya Dengan terpaksa Cika mau menceritakannya.
“Ceritanya begini, Kemarin ibuku pingsan tiba – tiba, dan tidak sadar selama 3 hari. Lalu, katanya, dia bermimpi kalau ia tersesat di dalam hutan selama beberapa hari dan minum dari air danau yang tidak enak. Tapi, karena terpaksa ia meminumnya. Lalu Waktu malam hari ia bingung mau tidur dimana. Lalu ia melihat seseorang yang cantik jelita dan memakai gaun putih yang indah sekali. Lalu wanita bak bidadari itu mendekat kea rah ibuku Dengan perlahan. Ibuku yang ketakutan, kedinginan, dan kelaparan. Ibuku menutupi wajahnya Dengan kedua tangannya. Dan lama – kelama’an ibuku mulai berani membuka matanya. Ternyata itu kamu Ris. Katanya, kamu yang menolong ibuku dari gelapnya hutan pada malam itu. Lalu kau mengajaknya ke rumahmu. Dirumahmu yang sederhana itu ibuku dijamu Dengan makanan hanya ikan asin dan urap yang enak sekali. Dan Ibuku berjanji kepadamu agar tidak sombong lagi. Lalu ibuku terbangun. Dan menceritakan kepadaku dan ayah tentang mimpinya ini. Kemudian ibuku menuliskan surat di amplop itu beserta mengisinya Dengan uang sejumlah 5 juta rupiah.Katanya sebagai rasa terimakasih telah menyadarkannya dari kesombongannya. Dan yang menyenangkan lagi ia membolehkanku untuk bersahabat denganmu selamanya.. Woouhoo..” Cika menceritakan.
“Owh Begitu ta.., Yeeeeppyyy..!!” Kata Risa
Mereka pun akhirnya menjadi sahabat sejati selamanya.
Tamat